TUGAS
5
Kelompok
Minggu 10 dan 11
Minggu
10
Iklan
dan Dimensi Etisnya
1.
Fungsi
Iklan sebagai pemberi informasi dan pembentuk opini
Iklan sebagai pemberi informasi tentang produk yang ditawarkan
di pasar.
Bagi
produsen ia tidak hanya sebagai media informasi yang menjembatani produsen
dengan konsumen, tetapi juga bagi konsumen iklan adalah cara untuk membangun
citra atau kepercayaan terhadap dirinya.
Iklan
sebagai pembentuk pendapat umum tentang sebuah produk.
Iklan
sebagai pembentuk pendapat umum dipakai oleh propagandis sebagai cara untuk
mempengaruhi opini publik. Dalam hal ini, iklan bertujuan untuk menciptakan
rasa ingin tahu atau penasaran untuk memiliki atau membeli produk.
2.
Beberapa persoalan
etis periklanan
Pertama, iklan merong-rong otonomi dan
kebebasan manusia. Iklan membuat manusia tidak lagi dihargai kebebasannya dalam
menentukan pilihannya untuk memperoleh produk tertentu. Banyak pilihan dan pola
konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah pilihan iklan. Manusia didikte oleh
iklan dan tunduk kepada kemauan iklan, khususnya iklan manipultive dan
persuasive non rasional. Ini justru sangat bertentangan dengan inferati moral Kant bahwa
manusia tidak boleh diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan lain
diluar dirinya. Manusia harus dihargai sebagai makhluk yang mampu menentukan
pilihannya sendiri, termasuk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Pada fenomena iklan manipulative, manusia benar-benar menjadi objek untuk
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan tidak sekedar diberi informasi untuk
membantunya memilih produk tertentu.
Yang
menarik disini adalah bahwa manusia modern mengklaim dirinya sebagai manusia
bebas dan menuntut untuk dihargai kebebasannya. Adanya berbagai pilihan yang
terbuka dalam konsumsinya juga menandai kehidupan manusia modern sebagai
manusia bebas. Tetapi pihak lain, manusia adalah budak iklan, ia tidak bisa
hidup tanpa iklan bahkan dikte oleh iklan. Sejak kecil ia terpukau oleh iklan
yang mmpengaruhinya untuk membeli apa yang diiklankan, entah dengan memaksa
orang tuanya, memaksa suami atau istri, bahkan dengan tindakan jahat sekalipun
: mencuri, membunuh ibu kandung untuk membeli honda, dan seterusnya.
Kedua, dalam kaitan dengan itu iklan
manipulative dan persuative non rasional menciptakan kebutuhan manusia dengan
akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara ekonomis hal itu baik karena
akan menciptakan permintaan dan ikut menaikkan daya beli masyarakat.bahkan
dapat memacu produktivitas kerja manusia hanya demi memenuhi kebutuhn hidupnya
yang terus bertambah dan meluas.namun dipihak lain muncul masyarakat
konsumtif, dimana banyak dari apa yang dianggp manusia sebagai kebutuhannya
yang sebenarnya bukan kebutuhan yang hakiki.
Ketiga, yang juga menjai persoalan etis yang
serius adalah bahwa iklan manipulative dan persuative non rasional malah
membentuk dan menentukan identitas atau ciri dari manusia modern. Manusia
modern merasa belum menjadi dirinya kalau belum memiliki barang sebagimana di
tawarkan iklan, ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai minyak rambut
seperti diiklankan bintang film terkenal dan seterusnya. Identitas manusia
modern hanyalah identitas misal : serba sama, serba tiruan, serba polesan dan
serba instan. Manusia mengkonsumsi produk yang sama, maka jadilah identitas
manusia modern jadinya hanyalah rancangan pihak tertentu di fabricated. Yang di
pujapun lebih banyak kali adalah kesan luar, polesan, kepura-puraan.
Keempat, bagi masyarakat modern tingkat
perbedaan ekonomi dan social yang tinggi akan merong-rong rasa keadilan sosial
masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba mewah sangat ironis dengan
kenyataan sosial, dimana banyak anggota masyarakat masih berjuang sekedar hiup.
Iklan yang mewah trampil seakan-akan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesama
yang miskin.
3. Makna etis menipu dalam iklan
Prinsip etika bisnis yang paling relevan disini
adalah prinsip kejujuran,mengatakan hal yang benar dan tidak menipu.menurut
kamus besar Bahasa Indonesia,kata tipu mengandung pengertian perbuatan ataau
perkataan yang tidak jujur (Bohong,palsu,dan sebagainya) dengan meksud untuk
menyesatkan,mengakali atau mencari untung.dengan kata lain menipu daalah
menggunakan tipu muslihat,mengakali,memperdaya,atau juga perbuatan cuurang yang
dijalnkan dengan niat yang telah direncanakan.
Jadi,karena
konsumen adalah pihak yang berhak mengetahui kebenaran sebuah produk,iklan yang
membuat pernyataaan yang menyebaabkan mereka salah menarik kesimpulan tentang
produk itu tetapi dianggap menipu dan dikutuk secara moral kendati tidak pada
maksud apapun untuk memperdaya dengan kata lain,berdasarkan prinsip kejujuran
,iklan yang baik diterima secara moral adalah iklan yang memberi pernyataan
atau informasi yang benar sebagaimana adanya.
4.
Kebebasan
konsumen
Masyarakat sebagai konsumen dari produk- produk
komunikasi harus mendapat perlindungan dan pelayanan yang baik. Pemerintah yang
bertanggung jawab menjamin adanya hal tersebut harus mampu mengeluarkan
regulasi yang pro-masyarakat. Pemerintah harus mampu mengatur jalannya
pemanfaatan teknologi komunikasi yang tidak merugikan masyarakat.
Perlu ada tatanan kebijakan dan hukum yang tepat
bagi penyelenggaraan kegiatan komunikasi. Mengenai definisinya, antara
kebijakan dan hukum punya arti yang berbeda. Kebijakan adalah keputusan yang
dibuat pemerintah dan masyarakat untuk menentukan struktur media dan
mengaturnya sehingga mereka punya kontribusi yang bagus bagi masyarakat.
Sementara hukum adalah peraturan yang dibuat para legislatif dan diperkuat
dengan dibentuknya suatu lembaga negara. Selain itu yang perlu ditekankan dalam
media adalah menghindari penyampaian informasi yang mengandung fitnah serta
ketidaksenonohan. Fitnah adalah suatu penulisan atau pemberitaan atau
penginformasian yang isinya tidak sesuai dengan kenyataan dan menghancurkan
reputasi atau nama baik pihak tertentu. Sedangkan ketidaksenonohan misalnya
adalah munculnya kata- kata kotor dalam media.
Sumber :
MINGGU
11
Etika
pasar Bebas
1. Keuntungan moral pasar bebas
·
Pertama, system ekonomi pasar bebas menjamin keadilan melalui
jaminan perlakuan yang sama dan fair bagi semua pelaku ekonomi.
·
Kedua, ada aturan yang jelas dan fair, dan k arena itu etis.
Aturan ini diberlakukan juga secara fair,transparan,konsekuen, dan objektif.
Maka, semua pihak secara objektif tunduk dan dapat merujuknya secara terbuka.
·
Ketiga, pasar member peluanyang optimal, kendati belum sempurna,
bagi persingan bebas yang sehat dan fair.
·
Keempat, dari segi pemerataan ekonomi, pada tingkat pertama
ekonomi pasar jauh lebih mampu menjamin pertumbuhan ekonomi.
·
Kelima, pasar juga memberi peluang yang optimal bagi terwujudnya
kebebasan manusia.
2.
Peran pemerintah
Pada pasar bebas, tidak diperlukan terlalu dalam
campur tangan pemerintah. Bagi Adam Smith pemerintah diakui mempunyai peran
penting dalam perekonomian Negara sebatas pada menyediakan dan mengembangkan
infrastruktur dan menjalankan pemerintahan. Dengan tidak aktifnya pemerintah
dalam perekonomian maka dengan sendirinya pasar akan menyesuaikan dan mencapai
tingkat ekuilibrium.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar